Header

SELAMAT DATANG DI PERPUSTAKAAN SMAN 100 KOTA MALANG

Foto

Pages - Menu


Agama Islam Kelas X

Cermati wacana dan gambar berikut!

Beragam cara ditempuh oleh manusia

untuk mendekatkan diri kepada Sang

Pencipta yaitu Allah Swt. Cara tersebut

ada yang melalui jalan merenung atau

ber-tafakkur atau berżikir. Ada pula

seseorang menjadi dekat dengan Allah

Swt. yang disebabkan oleh musibah

yang menimpanya. Demikianlah Allah

Swt. membuka cara atau jalan bagi

manusia yang ingin dekat dengan-Nya.

Sebagai orang yang beriman, tentu saja

kita harus mampu menempuh cara apa

pun agar dekat dengan Allah Swt.

Kedekatan seorang hamba dengan Tuhannya tentu saja akan mengantarkannya

mendapatkan berbagai fasilitas hidup, yaitu kesenangan dan kenikmatan yang tiada

tara. Bukankah seorang anak yang dekat dengan orang tuanya atau seorang pegawai

bawahan dengan bosnya akan memberikan peluang atas segala kemudahan yang

akan dicapainya.

Jalan lain utuk mendekatkan diri kepada Allah Swt. adalah melalui żikir. Żikir artinya

mengingat Allah Swt. dengan menyebut dan memuji nama-Nya. Syarat yang sangat

fundamental yang diperlukan untuk mendekatkan diri kepada Allah Swt. melalui

żikir adalah kemampuan dalam menguasai nafsu. Selanjutnya menyebut nama

Allah Swt. (al-Asmā’u al-¦usnā) berulang-ulang di dalam hati dengan menghadirkan

rasa rendah hati (tawa««u’) yang disertai rasa takut karena merasakan keagungan-
Nya. Żikir dapat dilakukan kapan saja dan di mana saja. Berżikir pun tidak perlu

menghitung berapa jumlah bilangan yang harus diżikirkan, yang penting adalah żikir

harus benar-benar menghujam di dalam kalbu.

Selain melalui żikir, mendekatkan diri kepada Allah Swt. dapat pula dilakukan

melalui perbuatan atau amaliah sehari-hari, yaitu dengan selalu meniatkan bahwa

yang kita lakukan adalah semata-mata hanya karena taat mematuhi aturan main-
Nya. Misalnya, kita berbuat baik kepada tetangga bukan karena ia baik kepada

kita, tetapi semata-mata karena Allah Swt. menyuruh kita untuk berbuat demikian.

Kita bersedekah bukan karena kasihan, tetapi semata-mata karena Allah Swt.

memerintahkan kita untuk mengeluarkan sedekah membantu meringankan beban

orang yang sedang dalam kesulitan. Hal ini mestinya dapat kita lakukan karena

bukankah pada waktu kecil dulu kita mampu patuh melaksanakan perintah dan

nasihat orang tua? Mengapa sekarang kita tidak sanggup patuh pada perintah-
perintah Allah Swt? Jika śalat dapat kita kerjakan karena semata-mata taat mematuhi

perintah Allah Swt., rasanya mustahil bila kita tidak dapat bersikap demikian pada

perbuatan-perbuatan lainnya!




Aktivitas 1:

Kamu tentu pernah mengalami sakit atau musibah baik ringan atau berat. Ceritakan

pengalamanmu tersebut, kemudian bagaimana cara kamu menyikapi kehadiran

Allah saat itu? Apakah Allah akan hadir dengan pertolongan-Nya, ataukah Allah akan

membiarkanmu dalam kesusahan?

Mengkritisi Sekitar Kita

Cermati wacana berikut!

Manusia adalah makhluk yang sering lupa dan sering berbuat kesalahan. “Al-
Ins±nu ma¥allul kha ̄ā wa an-nisyan.” Demikian bunyi sebuah hadis yang artinya,

“manusia itu tempatnya salah dan lupa.” Dalam hadis yang lain, Rasulullah saw.

bersabda, “Kullu Ban3 2dama kha ̄±un wa khairul kha ̄± at-t±ibμna.” (Setiap

keturunan Adam as. pasti melakukan kesalahan, dan orang yang baik adalah yang

kembali dari kesalahan/dosa).

Berdasarkan kedua hadis tersebut, manusia memiliki sifat dan karakter yang

sering berbuat kesalahan dan lupa. Artinya, tidak ada seorang pun yang terbebas

dari kesalahan dan lupa. Namun demikian, tidaklah benar jika dikatakan bahwa

tidak mengapa seseorang melakukan kesalahan dengan dalih bahwa hal tersebut

merupakan sifat manusia.

Sebagai seorang yang beriman, kita dituntut untuk selalu melakukan refleksi

dan perenungan terhadap apa yang telah kita perbuat. Ketika seseorang terlanjur

melakukan kesalahan, bersegeralah ia untuk kembali ke jalan yang benar dengan

bertaubat dan tidak mengulanginya lagi. Demikian pula sifat lupa, ia kadang menjadi

sebuah nikmat dan juga bencana. Lupa bisa menjadi nikmat manakala seseorang

terlupa dengan kejadian sedih yang pernah menimpanya. Dapat dibayangkan,

betapa sengsaranya jika seseorang tidak dapat melupakan kisah sedih yang pernah

dialaminya! Lupa juga dapat menjadi bencana, yaitu ketika dengan lupa tersebut

mengakibatkan kecerobohan dan kerusakan. Banyak di antara manusia karena lupa

melakukan sesuatu mengakibatkan ia melakukan kesalahan yang dapat merugikan

dirinya dan orang lain.

Aktivitas 2:

Kemukakan kesalahan apa saja yang sering kamu lakukan, kemudian bagaimana

upaya kamu agar kesalahan tersebut tidak terulang lagi! Kemukakan sebanyak-
banyaknya dengan sebenarnya!

 Pendidikan Agama Islam dan Budi Pekerti 3

Memperkaya Khazanah Peserta Didik

A. Memahami Makna al-Asmā’u al-¦usnā: al-Kar3m, al-Mu’m3n, al-Wak3l, al-
Mat3n, al-Jāmi’, al-‘Adl, dan al-Ākhir.

1. Pengertian al-Asmā’u al-¦usnā

Al-Asmā’u al-¦usnā terdiri atas dua kata, yaitu asmā yang berarti nama-
nama, dan ¥usna yang berarti baik atau indah. Jadi, al-Asmā’u al-¦usnā dapat

diartikan sebagai nama-nama yang baik lagi indah yang hanya dimiliki oleh

Allah Swt. sebagai bukti keagungan-Nya. Kata al-Asmā’u al-¦usnā diambil

dari ayat al-Qur’ān Q.S. °āhā/20:8. yang artinya, “Allah Swt. tidak ada Tuhan

melainkan Dia. Dia memiliki al-Asmā’u al-¦usnā (nama-nama baik)“.

2. Dalil tentang al-Asmā’u al-¦usnā

a. Firman Allah Swt. dalam Q.S. al-A’rāf/7:180

Artinya: “Dan Allah Swt. memiliki asmā’ul husna, maka bermohonlah

kepada-Nya dengan (menyebut) nama-nama-Nya yang baik itu dan

tinggalkanlah orang-orang yang menyimpang dalam (menyebut) nama-
nama-Nya. Nanti mereka akan mendapat balasan terhadap apa yang

mereka kerjakan.” (Q.S. al A’rāf/7:180)

amalan yang bermanfaat dan mempunyai nilai yang tak terhingga tingginya.

Berdoa dengan menyebut al-Asmā’u al-¦usnā sangat dianjurkan menurut

ayat tersebut.

b. Hadis Rasulullah saw. yang diriwayatkan oleh Imam Bukhari

Dalam ayat lain dijelaskan bahwa al-Asmā’u al-¦usnā merupakan

Artinya: “Dari Abu Hurairah ra. sesungguhnya Rasulullah saw.

bersabda: Sesungguhnya Allah Swt. mempunyai sembilan puluh sembilan

nama, seratus kurang satu, barang siapa yang menghafalkannya, maka ia

akan masuk surga”. (H.R. Bukhari)

4 Kelas X SMA/MA/SMK/MAK

Berdasarkan hadis di atas, menghafalkan al-Asmā’u al-¦usnā akan

mengantarkan orang yang melakukannya masuk ke dalam surga Allah

Swt. Apakah hanya dengan menghafalkannya saja seseorang akan

dengan mudah masuk ke dalam surga? Jawabnya, tentu saja tidak, bahwa

menghafalkan al-Asmā’u al-¦usnā harus juga diiringi dengan menjaganya,

baik menjaga hafalannya dengan terus-menerus menżikirkannya, maupun

menjaganya dengan menghindari perilaku-perilaku yang bertentangan

dengan sifat-sifat Allah Swt. dalam al-Asmā’u al-¦usnā tersebut.

Aktivitas 3:

Untuk memperkuat penjelasan di atas, carilah dalil lain baik ayat al-Qur’ān maupun

Hadis tentang al-Asmā’u al-¦usnā!

B. Memahami makna al-Asmā’u al-¦usnā: al-Kar3m, al-Mu’m3n, al-Wak3l, al-
Mat3n, al-Jāmi’, al-‘Adl, dan al-Ākhir. Mari pelajari dan pahami satu-persatu

asmā’ul husna tersebut!

1. Al-Kar3m

Secara bahasa, al-Kar3m

mempunyai arti Yang Mahamulia,

Yang Maha Dermawan atau Yang

Maha Pemurah. Secara istilah,

al-Kar3m diartikan bahwa Allah

Swt. Yang Mahamulia lagi Maha

Pemurah yang memberi anugerah

atau rezeki kepada semua makhluk-
Nya. Dapat pula dimaknai sebagai

Zat yang sangat banyak memiliki

kebaikan, Maha Pemurah, Pemberi

Nikmat dan keutamaan, baik ketika

diminta maupun tidak. Hal tersebut

sesuai dengan firman-Nya:



Artinya: “Hai manusia apakah yang telah memperdayakanmu terhadap

Tuhan Yang Maha Pemurah?” (Q.S. al-Infi ̄ār:6)

 Pendidikan Agama Islam dan Budi Pekerti 5

Al-Kar3m dimaknai Maha Pemberi karena Allah Swt. senantiasa memberi,

tidak pernah terhenti pemberian-Nya. Manusia tidak boleh berputus asa dari

kedermawanan Allah Swt. jika miskin dalam harta, karena kedermawanan-
Nya tidak hanya dari harta yang dititipkan melainkan meliputi segala hal.

Manusia yang berharta dan dermawan hendaklah tidak sombong jika telah

memiliki sifat dermawan karena Allah Swt. tidak menyukai kesombongan.

Dengan demikian, bagi orang yang diberikan harta melimpah maupun tidak

dianugerahi harta oleh Allah Swt., keduanya harus bersyukur kepada-Nya

karena orang yang miskin pun telah diberikan nikmat selain harta.

Al-Kar3m juga dimaknai Yang Maha Pemberi Maaf karena Allah Swt.

memaafkan dosa para hamba yang lalai dalam menunaikan kewajiban kepada

Allah Swt., kemudian hamba itu mau bertaubat kepada Allah Swt. Bagi hamba

yang berdosa, Allah Swt. adalah Yang Maha Pengampun. Dia akan mengampuni

seberapa pun besar dosa hamba-Nya selama ia tidak meragukan kasih sayang

dan kemurahan-Nya.

Menurut imam al-Gazali, al-Kar3m adalah Dia yang apabila berjanji,

menepati janjinya, bila memberi, melampaui batas harapan, tidak peduli

berapa dan kepada siapa Dia memberi dan tidak rela bila ada kebutuhan dia

memohon kepada selain-Nya, meminta pada orang lain. Dia yang bila kecil

hati menegur tanpa berlebih, tidak mengabaikan siapa yang menuju dan

berlindung kepada-Nya, dan tidak membutuhkan sarana atau perantara.

2. Al-Mu’m3n

Al-Mu’m3n secara bahasa berasal dari kata amina yang berarti pembenaran,

ketenangan hati, dan aman. Allah Swt. al-Mu’m3n artinya Dia Maha Pemberi

rasa aman kepada semua makhluk-Nya, terutama kepada manusia. Dengan

begitu, hati manusia menjadi tenang. Kehidupan ini penuh dengan berbagai

permasalahan, tantangan, dan cobaan. Jika bukan karena Allah Swt. yang

memberikan rasa aman dalam hati, niscaya kita akan senantiasa gelisah,

takut, dan cemas. Perhatikan firman Allah Swt. berikut!

Artinya: “Orang-orang yang beriman dan tidak mencampuradukkan iman

mereka dengan syirik, mereka itulah orang-orang yang mendapat rasa aman

dan mereka mendapat petunjuk.” (Q.S. al-An’ām/6:82)

Ketika kita akan menyeru dan berdoa kepada Allah Swt. dengan nama-
Nya al-Mu’m3n, berarti kita memohon diberikan keamanan, dihindarkan dari

fitnah, bencana dan siksa. Karena Dialah Yang Maha Memberikan keamanan,

6 Kelas X SMA/MA/SMK/MAK

Dia yang Maha Pengaman. Dalam nama al-Mu’m3n terdapat kekuatan yang

dahsyat dan luar biasa. Ada pertolongan dan perlindungan, ada jaminan

(insurense), dan ada bala bantuan.

Berżikir dengan nama Allah

Swt. al-Mu’m3n di samping me-
numbuhkan dan memperkuat

keyakinan dan keimanan kita, bahwa

keamanan dan rasa aman yang

dirasakan manusia sebagai makhluk

adalah suatu rahmat dan karunia

yang diberikan dari sisi Allah Swt.

Sebagai al-Mu’m3n, yaitu Tuhan

Yang Maha Pemberi Rasa Aman

juga terkandung pengertian bahwa

sebagai hamba yang beriman,

seorang mukmin dituntut mampu

menjadi bagian dari pertumbuhan

dan perkembangan rasa aman

terhadap lingkungannya.

Mengamalkan dan meneladani al-Asmā’u al-¦usnā al-Mu’m3n, artinya

bahwa seorang yang beriman harus menjadikan orang yang ada di sekelilingnya

aman dari gangguan lidah dan tangannya. Berkaitan dengan itu, Rasulullah

saw. bersabda: “Demi Allah tidak beriman. Demi Allah tidak beriman. Demi

Allah tidak beriman. Para sahabat bertanya, ‘Siapa ya Rasulullah saw.?’

Rasulullah saw. menjawab, ‘Orang yang tetangganya merasa tidak aman dari

gangguannya.’” (H.R. Bukhari dan Muslim).

3. Al-Wak3l

Kata “al-Wak3l” mengandung arti Maha Mewakili atau Pemelihara. Al-Wak3l

(Yang Maha Mewakili atau Pemelihara), yaitu Allah Swt. yang memelihara

dan mengurusi segala kebutuhan makhluk-Nya, baik itu dalam urusan dunia

maupun urusan akhirat. Dia menyelesaikan segala sesuatu yang diserahkan

hambanya tanpa membiarkan apa pun terbengkalai. Firman-Nya dalam al-
Qur’ān:


Artinya: “Allah Swt. pencipta segala sesuatu dan Dia Maha Pemelihara

atas segala sesuatu.” (Q.S. az-Zumar/39:62)

 Pendidikan Agama Islam dan Budi Pekerti 7

Dengan demikian, orang yang mempercayakan segala urusannya kepada

Allah Swt., akan memiliki kepastian bahwa semua akan diselesaikan dengan

sebaik-baiknya. Hal itu hanya dapat dilakukan oleh hamba yang mengetahui

bahwa Allah Swt. yang Mahakuasa, Maha Pengasih adalah satu-satunya yang

dapat dipercaya oleh para hamba-Nya. Seseorang yang melakukan urusannya

dengan sebaik-baiknya dan kemudian akan menyerahkan segala urusan

kepada Allah Swt. untuk menentukan karunia-Nya.

Menyerahkan segala urusan

hanya kepada Allah Swt. melahirkan

sikap tawakkal. Tawakkal bukan

berarti mengabaikan sebab-sebab

dari suatu kejadian. Berdiam

diri dan tidak peduli terhadap

sebab itu dan akibatnya adalah

sikap malas. Ketawakkalan dapat

diibaratkan dengan menyadari

sebab-akibat. Orang harus berusaha

untuk mendapatkan apa yang

diinginkannya. Rasulullah saw.

bersabda, “Ikatlah untamu dan

bertawakkallah kepada Allah Swt.”

Manusia harus menyadari bahwa semua usahanya adalah sebuah doa yang

aktif dan harapan akan adanya pertolongan-Nya. Allah Swt. berfirman yang

artinya, “(Yang memiliki sifat-sifat yang) demikian itu ialah Allah Swt. Tuhan

kamu; tidak ada Tuhan (yang berhak disembah) selain Dia; Pencipta segala

sesuatu, maka sembahlah Dia dan Dia adalah Pemelihara segala sesuatu.“

(Q.S. al-An’ām/6:102)

Hamba al-Wak3l adalah yang bertawakkal kepada Allah Swt. Ketika hamba

tersebut telah melihat “tangan” Allah Swt. dalam sebab-sebab dan alasan

segala sesuatu, dia menyerahkan seluruh hidupnya di tangan al-Wak3l.

4. Al-Mat3n

Al-Mat3n artinya Mahakukuh. Allah Swt. adalah Mahasempurna dalam

kekuatan dan kekukuhan-Nya. Kekukuhan dalam prinsip sifat-sifat-Nya. Allah

Swt. juga Mahakukuh dalam kekuatan-kekuatan-Nya. Oleh karena itu, sifat

al-Matin adalah kehebatan perbuatan yang sangat kokoh dari kekuatan yang

tidak ada taranya. Dengan begitu, kekukuhan Allah Swt. yang memiliki rahmat

dan azab terbukti ketika Allah Swt. memberikan rahmat kepada hamba-
hamba-Nya. Tidak ada apa pun yang dapat menghalangi rahmat ini untuk tiba

kepada sasarannya. Demikian juga tidak ada kekuatan yang dapat mencegah

pembalasan-Nya.



Seseorang yang menemukan

kekuatan dan kekukuhan Allah

Swt. akan membuatnya menjadi

manusia yang tawakkal, memiliki

kepercayaan dalam jiwanya dan

tidak merasa rendah di hadapan

manusia lain. Ia akan selalu merasa

rendah di hadapan Allah Swt. Hanya

Allah Swt. yang Maha Menilai. Oleh

karena itu, Allah Swt. melarang

manusia bersikap atau merasa lebih

dari saudaranya. Karena hanya Allah

Swt. yang Maha Mengetahui baik

buruknya seorang hamba. Allah

Swt. juga menganjurkan manusia bersabar. Karena Allah Swt. Mahatahu apa

yang terbaik untuk hamba-Nya. Kekuatan dan kekukuhan-Nya tidak terhingga

dan tidak terbayangkan oleh manusia yang lemah dan tidak memiliki daya

upaya. Jadi, karena kekukuhan-Nya, Allah Swt. tidak terkalahkan dan tidak

tergoyahkan. Siapakah yang paling kuat dan kukuh selain Allah Swt? Tidak

ada satu makhluk pun yang dapat menundukkan Allah Swt. meskipun seluruh

makhluk di bumi ini bekerja sama. Allah Swt. berfirman:




Artinya: “Sungguh Allah Swt., Dialah pemberi rezeki yang mempunyai

kekuatan lagi sangat kukuh.” (Q.S. aż-Żāriyāt/51:58)

Dengan demikian, akhlak kita terhadap sifat al-Mat3n adalah dengan

beristiqamah (meneguhkan pendirian), beribadah dengan kesungguhan hati,

tidak tergoyahkan oleh bisikan menyesatkan, terus berusaha dan tidak putus

asa serta bekerja sama dengan orang lain sehingga menjadi lebih kuat.

5. Al-Jāmi’

Al-Jāmi’ secara bahasa artinya Yang Maha Mengumpulkan/Menghimpun,

yaitu bahwa Allah Swt. Maha Mengumpulkan/Menghimpun segala sesuatu

yang tersebar atau terserak. Allah Swt. Maha Mengumpulkan apa yang

dikehendaki-Nya dan di mana pun Allah Swt. berkehendak.

 Pendidikan Agama Islam dan Budi Pekerti 9

Penghimpunan ini ada berbagai macam bentuknya, di antaranya adalah

mengumpulkan seluruh makhluk yang beraneka ragam, termasuk manusia

dan lain-lainnya, di permukaan bumi ini dan kemudian mengumpulkan

mereka di padang mahsyar pada hari kiamat. Allah Swt. berfirman:

Artinya: “Ya Tuhan kami, sesungguhnya Engkau mengumpulkan manusia

untuk (menerima pembalasan pada) hari yang tak ada keraguan padanya”.

Sesungguhnya Allah Swt. tidak menyalahi janji.”(Q.S. Ali Imrān/3:9).

Allah Swt. akan menghimpun manusia di akhirat kelak sama dengan orang-
orang yang satu golongan di dunia. Hal ini bisa dijadikan sebagai barometer,

kepada siapa kita berkumpul di dunia itulah yang akan menjadi teman kita di

akhirat. Walaupun kita berjauhan secara fisik, akan tetapi hati kita terhimpun,

di akhirat kelak kita juga akan terhimpun dengan mereka. Begitupun sebaliknya

walaupun kita berdekatan secara fisik akan tetapi hati kita jauh, maka kita

juga tidak akan berkumpul dengan mereka.

Oleh sebab itu, apabila di dunia

hati kita terhimpun dengan orang-
orang yang selalu memperturutkan

hawa nafsunya, di akhirat kelak kita

akan berkumpul dengan mereka di

dalam neraka. Karena orang-orang

yang selalu memperturutkan hawa

nafsunya, tempatnya adalah di neraka.

Begitupun sebaliknya, apabila

kecenderungan hati kita terhimpun

dengan orang-orang yang beriman,

bertakwa dan orang-orang saleh,

di akhirat kelak kita juga akan

terhimpun dengan mereka. Karena

tidaklah mungkin orang-orang beriman hatinya terhimpun dengan orang-
orang kafir dan orang-orang kafir juga tidak mungkin terhimpun dengan

orang-orang beriman.

Allah Swt. juga mengumpulkan di dalam diri seorang hamba ada yang lahir

di anggota tubuh dan hakikat batin di dalam hati. Barang siapa yang sempurna

ma’rifatnya dan baik tingkah lakunya, maka ia disebut juga sebagai al-Jāmi’.

Dikatakan bahwa al-Jāmi’ ialah orang yang tidak padam cahaya ma’rifatnya.



6. Al-‘Adl

Al-‘Adl artinya Mahaadil. Keadilan Allah Swt. bersifat mutlak, tidak

dipengaruhi oleh apa pun dan oleh siapa pun. Keadilan Allah Swt. juga didasari

dengan ilmu Allah Swt. yang MahaLuas. Sehingga tidak mungkin keputusan-
Nya itu salah. Allah Swt. berfirman:

Artinya : “Telah sempurnalah kalimat Tuhanmu (al-Qur’ān, sebagai kalimat

yang benar dan adil. Tidak ada yang dapat mengubah kalimat-kalimat-
Nya dan Dia-lah yang Maha Mendengar lagi Maha Mengetahui.” (Q.S. al-
An’ām/6:115).

Al-‘Adl berasal dari kata ‘adala yang berarti lurus dan sama. Orang yang

adil adalah orang yang berjalan lurus dan sikapnya selalu menggunakan

ukuran yang sama, bukan ukuran ganda. Persamaan inilah yang menunjukkan

orang yang adil tidak berpihak kepada salah seorang yang berselisih. Adil juga

dimaknai sebagai penempatan sesuatu pada tempat yang semestinya.

Allah Swt. dinamai al-‘Adl karena keadilan Allah Swt. adalah sempurna.

Dengan demikian semua yang diciptakan dan ditentukan oleh Allah Swt. sudah

menunjukkan keadilan yang sempurna. Hanya saja, banyak di antara kita yang

tidak menyadari atau tidak mampu menangkap keadilan Allah Swt. terhadap

apa yang menimpa makhluk-Nya. Karena itu, sebelum menilai sesuatu itu adil

atau tidak, kita harus dapat memperhatikan dan mengetahui segala sesuatu

yang berkaitan dengan kasus yang akan dinilai. Akal manusia tidak dapat

menembus semua dimensi tersebut. Seringkali ketika manusia memandang

sesuatu secara sepintas dinilainya buruk, jahat, atau tidak adil, tetapi jika

dipandangnya secara luas dan menyeluruh, justru sebaliknya, merupakan

suatu keindahan, kebaikan, atau keadilan. Tahi lalat secara sepintas terlihat

buruk, namun jika berada di tengah-tengah wajah seseorang dapat terlihat

indah. Begitu juga memotong kaki seseorang (amputasi) terlihat kejam,

namun ketika dikaitkan dengan penyakit yang mengharuskannya untuk

dipotong, hal tersebut merupakan suatu kebaikan. Di situlah makna keadilan

yang tidak gampang menilainya.

Allah Swt. Mahaadil. Dia menempatkan semua manusia pada posisi yang

sama dan sederajat. Tidak ada yang ditinggikan hanya karena keturunan,

kekayaan, atau karena jabatan. Dekat jauhnya posisi seseorang dengan Allah

Swt. hanya diukur dari seberapa besar mereka berusaha meningkatkan

takwanya. Makin tinggi takwa seseorang, makin tinggi pula posisinya, makin

mulia dan dimuliakan oleh Allah Swt., begitupun sebaliknya.

 Pendidikan Agama Islam dan Budi Pekerti 11

Sebagian dari keadilan-Nya, Dia

hanya menghukum dan memberi

sanksi kepada mereka yang

terlibat langsung dalam perbuatan

maksiat atau dosa. Istilah dosa

turunan, hukum karma, dan lain

semisalnya tidak dikenal dalam

syari’at Islam. Semua manusia

di hadapan Allah Swt. akan

mempertanggungjawabkan dirinya

sendiri.

Lebih dari itu, keadilan Allah Swt.

selalu disertai dengan sifat kasih

sayang. Dia memberi pahala sejak

seseorang berniat berbuat baik

dan melipatgandakan pahalanya jika kemudian direalisasikan dalam amal

perbuatan. Sebaliknya, Dia tidak langsung memberi catatan dosa selagi masih

berupa niat berbuat jahat. Sebuah dosa baru dicatat apabila seseorang telah

benar-benar berlaku jahat.

7. Al-Ākhir

Al-Ākhir artinya Yang Mahaakhir yang tidak ada sesuatu pun setelah

Allah Swt. Dia Mahakekal tatkala semua makhluk hancur, Mahakekal

dengan kekekalan-Nya. Adapun kekekalan makhluk-Nya adalah kekekalan

yang terbatas, seperti halnya kekekalan surga, neraka, dan apa yang ada di

dalamnya. Surga adalah makhluk yang Allah Swt. ciptakan dengan ketentuan,

kehendak, dan perintah-Nya. Nama ini disebutkan di dalam firman-Nya:



Artinya: “Dialah Yang Awal dan Akhir Yang  ̈ahir dan Yang Batin, dan Dia

Maha Mengetahui segala sesuatu “. (Q.S. al-¦ad3d/57:3).

Allah Swt. berkehendak untuk menetapkan makhluk yang kekal dan yang

tidak, namun kekekalan makhluk itu tidak secara zat dan tabi’at. Karena secara

tabi’at dan zat, seluruh makhluk ciptaan Allah Swt. adalah fana (tidak kekal).

Sifat kekal tidak dimiliki oleh makhluk, kekekalan yang ada hanya sebatas

kekal untuk beberapa masa sesuai dengan ketentuan-Nya.

Orang yang mengesakan al-Ākhir akan menjadikan Allah Swt.

sebagai satu-satunya tujuan hidup yang tiada tujuan hidup selain-
Nya, tidak ada permintaan kepada selain-Nya, dan segala kesudahan

tertuju hanya kepada-Nya. Oleh sebab itu, jadikanlah akhir kesudahan

12 Kelas X SMA/MA/SMK/MAK

kita hanya kepada-Nya. Karena

sungguh akhir kesudahan hanya

kepada Rabb kita, seluruh sebab

dan tujuan jalan akan berujung ke

haribaan-Nya semata.

Orang yang mengesakan

al-Ākhir akan selalu merasa

membutuhkan Rabb-nya, ia akan

selalu mendasarkan apa yang

diperbuatnya kepada apa yang telah

ini ia idam-idamkan. Maka, untuk menyelamatkan calon bayinya tersebut, diam-
Sumber: Kemdikbud

ditetapkan oleh Allah Swt. untuk

hamba-Nya, karena ia mengetahui

bahwa Allah Swt. adalah pemilik

segala kehendak, hati, dan niat.

Aktivitas 4:

Kamu tentu telah memahami makna al-Kar3m, al-Mu’m3n, al-Wak3l, al-Matin,

al-Jami’, al-‘Adl, dan al-Ākhir. Carilah ayat-ayat al-Qur’ān atau hadis Nabi yang

menjelaskan sifat Allah dalam al-Asmā’u al-¦usnā: al-Kar3m, al-Mu’m3n, al-Wak3l,

al-Matin, al-Jami’, al-‘Adl, dan al-Ākhir!

Pesan-Pesan Mulia

Nabi Ibrahim as. adalah putra Azar. Ia dilahirkan di wilayah Kerajaan Babylonia

yang saat itu diperintah oleh Raja Namrud. Namrud adalah raja yang sangat sombong

yang mengaku dirinya adalah Tuhan. Raja Namrud juga dikenal sangat kejam kepada

siapa saja yang menentang kekuasaannya.

Suatu saat ia bermimpi. Dalam mimpinya itu, ia melihat seorang anak laki-
laki yang memasuki kamarnya kemudian mengambil mahkotanya. Maka, ia pun

memanggil tukang ramal yang sangat terkenal untuk mengartikan mimpinya

tersebut. Tukang ramal mengartikan bahwa anak yang hadir dalam mimpinya

tersebut kelak akan meruntuhkan kerajaannya. Mendengar hal tersebut, Namrud

murka. Diperintahkannya kepada seluruh tentara kerajaan agar membunuh setiap

bayi laki-laki yang dilahirkan.

Azar yang istrinya saat itu sedang mengandung bayi yang kelak adalah Ibrahim

begitu khawatir akan keselamatan bayi yang dikandung istrinya tersebut. Ia khawatir

bahwa bayi yang ada dalam perut istrinya adalah seorang bayi laki-laki yang selama

Gambar 1.8

Kisah Nabi Ibrahim as. Mencari Tuhan

 Pendidikan Agama Islam dan Budi Pekerti 13

diam ia mengajak istrinya ke dalam sebuah gua yang jauh dari keramaian. Di gua

itulah kemudian bayi Ibrahim dilahirkan. Agar tidak diketahui oleh khalayak ramai,

Azar dan istrinya meninggalkan Ibrahim yang masih bayi di dalam gua dan sesekali

datang untuk melihat keadaannya. Hal itu terus dilakukukan hingga Ibrahim menjadi

anak kecil yang tumbuh sehat dan kuat atas izin Allah Swt. Bagaimana Ibrahim dapat

hidup di dalam gua, padahal tidak ada makanan dan minuman yang diberikan?

Jawabannya karena Allah Swt. menganugerahkan Ibrahim untuk menghisap jari

tangannya yang dari situ keluarlah air susu yang sangat baik. Itulah mukjizat pertama

yang diberikan Allah kepada Nabi Ibrahim as.

Lama hidup di dalam gua tentu membuat Ibrahim sangat terbatas pengetahuannya

tentang alam sekitar. Maka, di saat terdapat kesempatan untuk keluar dari gua,

Ibrahim pun melakukannya. Betapa terkejutnya ia, ternyata alam di luar gua begitu

luas dan indah. Di dalam ketakjubannya itu, Ibrahim berpikir bahwa alam yang luas

dan indah berikut isinya termasuk manusia, pasti ada yang menciptakannya. Maka,

Nabi Ibrahim berjalan untuk mencari Tuhan. Ia mengamati lingkungan sekelilingnya.

Namun, ia tidak menemukan sesuatu yang membuatnya kagum dan merasa harus

dijadikan Tuhannya.

Di siang hari, Ibrahim melihat cerahnya matahari menyinari bumi. Ia berpikir,

mungkin matahari adalah tuhan yang ia cari. Tetapi ketika senja datang dan matahari

tenggelam di ufuknya, gugurlah keyakinan Ibrahim akan matahari sebagai tuhan.

Sampai akhirnya, malam pun datang menjelang. Bintang di langit bermunculan

dengan indahnya. Sinarnya berkelap-kelip membuat suasana malam menjadi

lebih indah dan cerah. “Apakah ini Tuhan yang aku cari?” Kata Ibrahim dengan

gembira. Ditatapnya bintang-bintang itu dengan penuh rasa bangga. Tapi ternyata,

ketika malam beranjak pagi, bintang-bintang itu pun beranjak satu per satu.

Dengan pandangan kecewa, Nabi Ibrahim melihat satu per satu bintang-bintang

itu menghilang. “Aku tidak menyukai Tuhan yang bisa menghilang dan tenggelam

karena waktu,” gumamnya dengan perasaan kecewa.

Nabi Ibrahim pun mencoba mencari Tuhan yang lain. Memasuki malam berikutnya,

bulan pun muncul dan bersinar memancarkan cahayanya yang keemasan. Ia pun

menduga, “Inikah Tuhan yang aku cari?” Maka, ketika pagi datang menjelang, bulan

pun hilang tanpa alasan. Seperti halnya terhadap matahari dan bintang, Ibrahim

pun memastikan bahwa bukanlah matahari, bintang, dan bulan yang menjadi Tuhan

untuk disembah, tetapi pasti ada satu kekuatan Yang Mahaperkasa dan Mahaagung

yang menggerakkan dan menghidupkan semua yang ada. Ibrahim pun menyimpulkan

bahwa Tuhan tidak lain adalah Allah Swt.

Ketika keyakinan Nabi Ibrahim as. kepada Allah Swt. betul-betul merasuki

jiwanya, mulailah ia mengajak orang-orang di sekitarnya untuk meninggalkan

penyembahan terhadap berhala yang tiada memiliki kekuatan apa pun. Dan tidak

pula memberi manfaat. Orang pertama yang ia ajak untuk hanya menyembah Allah

Swt. adalah Azar, ayahnya yang berprofesi sebagai pembuat patung untuk disembah.

Mendengar ajakan Ibrahim, Azar marah karena apa yang dilakukannya semata-mata



apa yang sudah dilakukan oleh nenek moyangnya dahulu. Azar meminta Ibrahim

untuk tidak menghina dan melecehkan berhala yang seharusnya ia sembah. “Wahai

saudaraku! Patung-patung itu hanyalah buatan manusia yang tidak dapat bergerak

dan tidak memberi manfaat sedikitpun. Mengapa kalian sembah dengan memohon

kepadanya?” Demikian ajakan Ibrahim kepada umatnya. Akan tetapi, kaumnya

tidak mau mendengarkan dan mengikuti ajakan Nabi Ibrahim as., bahkan mereka

mencemooh dan memaki Ibrahim.

Menyadari bahwa ajakannya untuk menyembah hanya kepada Allah Swt. tidak

mendapatkan respons dari umatnya, Nabi Ibrahim as. mengatur cara bagaimana

melakukan dakwah secara cerdas dan lebih efektif. Maka, tatkala seluruh penduduk

negeri termasuk Raja Namrud pergi untuk berburu, Nabi Ibrahim masuk ke dalam

kuil penyembahan berhala kemudian menghancurkan semua berhala yang ada

dengan sebuah kapak besar yang telah disiapkan. Semua berhala hancur kecuali

berhala yang paling besar yang ia sisakan. Pada berhala besar itu, ia gantungkan

kapak di lehernya.

Sekembalinya dari perburuan, semua penduduk negeri termasuk Namrud,

terkejut luar biasa. Mereka dengan sangat marah mencari tahu siapa yang berani

melakukan perbuatan tersebut. Mengetahui bahwa Ibrahimlah satu-satunya lelaki

yang tidak ikut serta dalam perburuan, Raja memerintahkan semua tentara untuk

memanggil dan menangkap Ibrahim untuk dihadapkan kepada dirinya. Sesampainya

di hadapan Raja Namrud, Ibrahim berdiri dengan tegak dan penuh percaya diri.

“Hai Ibrahim, apakah kamu yang menghancurkan berhala-berhala itu?” tanya

Raja Namrud.

“Tidak, saya tidak melakukannya,” jawab Ibrahim as.

“Jangan mengelak, wahai Ibrahim, bukankah kamu satu-satunya orang yang

berada di negeri saat semuanya pergi berburu?” sergah Raja Namrud.

“Sekali lagi tidak! Bukan aku yang melakukannya, tapi berhala besar itu yang

melakukannya,” jawab Ibrahim as. dengan tenang.

Mendengar pernyataan Nabi Ibrahim, Raja Namrud marah seraya berkata, “Mana

mungkin berhala yang tidak dapat bergerak engkau tuduh sebagai penghancur

berhala lainnya?”

Mendengar pertanyaan Raja Namrud, Ibrahim as. tersenyum kemudian berkata,

“Sekarang Anda tahu dan Anda yang mengatakannya sendiri bahwa berhala-berhala

itu tidak dapat bergerak dan memberikan bantuan apa-apa. Lalu, mengapa Anda

sembah ia?”

Mendengar jawaban Ibrahim as. yang tidak disangka-sangka, Namrud sebetulnya

menyadari hal tersebut. Namun, karena kebodohan dan kesombongannya, ia tetap

saja tidak memedulikan argumentasi Ibrahim as. Ia kemudian memerintahkan

semua tentaranya untuk membakar Ibrahim hidup-hidup sebagai hukuman atas

perlakuannya kepada berhala-berhala yang mereka sembah.

 Pendidikan Agama Islam dan Budi Pekerti 15

Setelah semua persiapan untuk membakar Ibrahim as. telah lengkap,

dilemparkanlah ia ke dalam api yang berkobar sangat besar dan panas. Apa yang

terjadi kemudian? Allah Swt. menunjukkan kemahakuasaan-Nya dengan meminta

api agar dingin untuk menyelamatkan Ibrahim as. Maka, api pun dingin sehingga

tidak sedikit pun Ibrahim as. terluka karenanya. Itulah mu’jizat terbesar yang diterima

oleh Nabi Ibrahim, yaitu tidak terluka saat dibakar dengan api yang sangat panas.

Selengkapnya silahkan download di sini

Tidak ada komentar:

Posting Komentar